A.
Geofisika
1.
Definisi
Geofisika
Geofisika berasal dari dua kata
yaitu geo yang berarti “bumi” dan fisika,atau dalam
pengertiannya geofisika adalah suatu ilmu yang mempelajari bumi dengan
pendekatan metode – metode fisika. dalam sudut pandang yang lain, Geofisika adalah bagian
dari ilmu bumi yang mempelajari bumi
menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika
. Geofisika
termasuk dalam ilmu Geosains, Geofisika sendiri dibagi menjadi 4 keilmuan
yang mempelajari meteorology, geofisika padat, oseanografi dan hidrologi.
Penelitian
geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan
pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki
oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana
sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun
horisontal. Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara
global yaitu untuk menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu untuk
eksplorasi mineral dan pertambangan termasuk minyak bumi dan dalam skala kecil
yaitu untuk aplikasi geoteknik (penentuan pondasi bangunan dll).
Di
Indonesia, ilmu ini dipelajari hampir di semua perguruan tinggi negeri
yang ada. Biasaya geofisika masuk ke dalam fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), karena memerlukan dasar-dasar ilmu
fisika
yang kuat, atau ada juga yang memasukkannya ke dalam bagian dari Geologi.
Saat ini, baik geofisika maupun geologi hampir menjadi suatu kesatuan yang tak
terpisahkan Ilmu bumi.
Beberapa contoh kajian dari geofisika bumi padat misalnya seismologi
yang mempelajari gempabumi, ilmu tentang gunungapi (Gunung Berapi)
atau volcanology, geodinamika yang mempelajari
dinamika pergerakan lempeng-lempeng di bumi, dan eksplorasi seismik
yang digunakan dalam pencarian hidrokarbon.
2.
Metode – Metode Geofisika
Secara
umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode pasif dan
aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh
bumi, Misalnya dengan meanfaatkan radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi
bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta radiasi
radioaktivitas bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan
kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi, Misalnya dengan
memanfaatkan ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman
sinyal radar dan lain sebagainya. Medan alami yang dimaksud disini misalnya
radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan
listrik dan elektromagnetik bumi serta radiasi radioaktivitas bumi. Medan
buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah,
pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya.
Adapun metode yang lainnya yaitu
metode gaya berat , Metoda Gaya Berat secara umum metoda gaya berat merupakan metoda
geofisika yang mengukur variasi gaya berat (gravitational) di bumi. Metoda ini
jarang digunakan pada tahapan lanjut eksplorasi bijih, namun cukup baik
digunakan untuk mendefinisikan daerah target spesifik untuk selanjutnya
disurvei dengan metoda-metoda geofisika lain yang lebih detil.
Adanya variasi medan gravitasi bumi
ditimbulkan oleh adanya perbedaan rapat massa (density) antar batuan. Adanya
suatu sumber yang berupa suatu massa (masif, lensa, atau bongkah besar) di
bawah permukaan akan menyebabkan terjadinya gangguan medan gaya berat
(relatif). Adanya gangguan ini disebut sebagai anomali gaya berat. Karena
perbedaan medan gayaberat ini relatif kecil maka diperlukan alat ukur yang
mempunyai ketelitian yang cukup tinggi. Alat ukur yang sering digunakan adalah
Gravimeter. Alat pengukur gayaberat di darat telah mencapai ketelitian sebesar
±0.01 mGal dan di laut sebesar ±1 mGal.
Beberapa endapan seperti zinc, bauksit, atau barit sangat sulit dideteksi melalui metoda magnetik maupun elektrik, namun dapat dideteksi dengan metoda gaya berat (gravity), tapi hanya untuk mengetahui profil batuan sampingnya (tidak dapat langsung mendeteksi bijihnya) melalui anomali densiti.
Dasar teori yang dipakai dalam metoda ini adalah Hukum Newton tentang gravitasi bumi. Untuk bumi yang berbentuk bulat, homogen, dan tidak berotasi, maka massa bumi (M) dengan jari-jari (R) akan menimbulkan gaya tarik pada benda dengan massa (m) di permukaan bumi sebesar :
dengan (g) adalah percepatan gaya berat vertikal permukaan bumi.
Harga rata-rata gayaberat di permukaan bumi adalah 9.80 m/s2. Satuan yang digunakan adalah gayaberat adalah milliGal (1 mGal = 10-3 Gal = 10-3 cm/s2) atau ekivalen dengan 10 gu (gravity unit). Variasi gaya berat yang disebabkan oleh variasi perbedaan densitas bawah permukaan adalah sekitar 1 mGal (100 mm/s2). Karena bentuk bumi bukan merupakan bola pejal yang sempurna, dengan relif yang tidak rata, berotasi serta ber revolusi dalam sistem matahari, tidak homogen. Dengan demikian variasi gayaberat di setiap titik permukaan bumi akan dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu :
1. lintang
2. ketinggian
3. topografi
4. pasang surut
5. variasi densitas bawah permukaan
sehingga dalam pengukuran dan interpretasi, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan (dikoreksi).
Beberapa endapan seperti zinc, bauksit, atau barit sangat sulit dideteksi melalui metoda magnetik maupun elektrik, namun dapat dideteksi dengan metoda gaya berat (gravity), tapi hanya untuk mengetahui profil batuan sampingnya (tidak dapat langsung mendeteksi bijihnya) melalui anomali densiti.
Dasar teori yang dipakai dalam metoda ini adalah Hukum Newton tentang gravitasi bumi. Untuk bumi yang berbentuk bulat, homogen, dan tidak berotasi, maka massa bumi (M) dengan jari-jari (R) akan menimbulkan gaya tarik pada benda dengan massa (m) di permukaan bumi sebesar :
dengan (g) adalah percepatan gaya berat vertikal permukaan bumi.
Harga rata-rata gayaberat di permukaan bumi adalah 9.80 m/s2. Satuan yang digunakan adalah gayaberat adalah milliGal (1 mGal = 10-3 Gal = 10-3 cm/s2) atau ekivalen dengan 10 gu (gravity unit). Variasi gaya berat yang disebabkan oleh variasi perbedaan densitas bawah permukaan adalah sekitar 1 mGal (100 mm/s2). Karena bentuk bumi bukan merupakan bola pejal yang sempurna, dengan relif yang tidak rata, berotasi serta ber revolusi dalam sistem matahari, tidak homogen. Dengan demikian variasi gayaberat di setiap titik permukaan bumi akan dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu :
1. lintang
2. ketinggian
3. topografi
4. pasang surut
5. variasi densitas bawah permukaan
sehingga dalam pengukuran dan interpretasi, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan (dikoreksi).
3.
Eksplorasi Geofisika
Metoda
geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi
endapan bahan galian. Metoda ini tergolong kepada metoda tidak langsung, dan
sering digunakan pada tahapan eksplorasi pendahuluan (reconnaissance),
mendahului kegiatan-kegiatan eksplorasi intensif lainnya.
Adapun tahapan-tahapan pekerjaan yang umum digunakan dalam metoda geofisika adalah :
1. Survei pendahuluan (penentuan lintasan)
2. Pemancangan (penandataan titik-titik ukur) dalam areal target
3. Pengukuran lapangan
4. Pembuatan peta-peta geofisika
5. Penarikan garis-garis isoanomali
6. Penggambaran profile
7. Interpretasi anomaly
Adapun tahapan-tahapan pekerjaan yang umum digunakan dalam metoda geofisika adalah :
1. Survei pendahuluan (penentuan lintasan)
2. Pemancangan (penandataan titik-titik ukur) dalam areal target
3. Pengukuran lapangan
4. Pembuatan peta-peta geofisika
5. Penarikan garis-garis isoanomali
6. Penggambaran profile
7. Interpretasi anomaly
Geofisika pada umumnya bekerja pada
3 front pararel yaitu :
a Observasi atau pengukuran di
lapangan
b Penyelidikan di laboratorium
c Pengkajian teoritis
Dari sini, masalah yang timbul
adalah seringkali sangat sukar karena sebagian besar dari obyek yang dipelajari
yaitu bagian dalam bumi, secara umum tidak dapat diukur secara langsung di
permukaan. Sebagai pengganti, Geofisika mengandalkan pengamatan tidak langsung
yang dilakukan pada permukaan bumi atau sangat dekat dengan bumi. Adalah jelas,
bahwa interpretasi dari pengamatan seperti ini akan memiliki tingkat kesulitan
yang besar.
Penelitian di laboratorium dapat
menghasilkan hal-hal yang signifikan dalam menginterpretasi hasil observasi.
Sebagai contoh, sifat-sifat material (logam atau mineral) yang bervariasi pada
tekanan tinggi dan temperatur tinggi telah ditemukan di laboratorium.
Lebih lanjut, dengan menggunakan
komputer dimungkinkan pula untuk mensimulasikan proses kejadian (modelling)
objek yang diobservasi. Keuntungan pemodelan dan simulasi di laboratorium
adalah memungkinkan suatu proses dapat dikontrol dengan parameter-parameter
yang secara alamiah diketahui dengan baik. Pemodelan dan simulasi akan cocok untuk
menggambarkan kasus / kejadian alam yang kompleks.
Berbagai
metode yang dikembangkan dalam Geofisika Eksplorasi telah berhasil membantu
ahli-ahli ilmu bumi lainnya untuk memperkirakan dan menemukan deposit tambang
dan bahan energi dengan keakuratan yang cukup mengagumkan. Tidak sampai di
situ, penelitian-penelitian Geofisika juga terus dikembangkan agar membantu
menghindari malapetaka alam yang dapat membunuh umat manusia (seperti
penelitian Seismologi / Vulkanologi, dsb).
4.
Cabang-Cabang Geofisika
Adapun
cabang –cabang dari geofisika itu terbagi atas beberapa bagian kecil yaitu
sebagai berikut
a. Seismologi (mempelajari gempa bumi dan
fenomena fisika yang berhubungan dengannya)
b. Vulkanologi (juga adalah bagian dari Geologi,
mempelajari gunung api, mata air panas, dsb)
c. Geomagnetisme (mempelajari medan magnet bumi,
termasuk paleomagnetisme)
d. Geoelektrisitas
(mempelajari
sifat-sifat kelistrikan bumi)
e. Tektonofisika (penggunaan ilmu fisika untuk
mempelajari proses tektonik)
f. Gravitasi (juga bagian dari Geodesi,
mempelajari medan gravitasi dan interpretasinya)
g. Geotermal (mempelajari suhu bagian dalam
bumi, termasuk eksplorasi panas bumi)
h. Geokosmologi (mempelajari asal-usul bumi)
i.
Geokronologi (mempelajari kejadian bumi, termasuk
menentukan umurnya)
B.
Bumi
1.
Definisi Bumi
Bumi adalah planet ketiga dari
delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 milyar
tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU
(ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan
magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin
matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini
menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini
dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.
2.
Bagian-Bagian Bumi
Secara struktur, lapisan bumi dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
1) Kerak Bumi
Kerak bumi (crush) merupakan kulit
bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan
merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan basa dan masam. Lapisan
ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian bawah
kerak bumi mencapai 1.100 oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga
kedalaman 100 km dinamakan litosfer.
Kerak
bumi ini dapat dibagi 2 yaitu:
·
Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 0-5km atau
bersamaan dengan air diatasnya sekitar 6-12 km. Kerak samudera atau kerak
oseanik, merupakan kerak bumi yang menyusun lantai dasar samudera. Kerak ini
menyusun sekitar 65% dari luas kerak bumi. Kedalaman dai kerak oseanik ini
rata-rata sekitar 4000 meter dari permukaan air laut, meskipun pada beberapa
palung laut kedalamannya ada yang mencapai lebih dari 10 km. Batuan yang
menyusun kerak samudera adalh batuan yang bersifat basa atau mafik. Bagian atas
dari kerak samudera dengan ketebalan sekitar 1,5 kn disusun oleh batuan yang
bersifat basa atau basaltik, Sedangkan bagian bawahnya disusun oleh batuan
metamorf dan batuan beku gabbro. Permukaan kerak samudera ditutupi oleh endapan
sedimen dengan ketebalan rata-rata sekitar 500 meter.
·
Kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-50 km. Batuan
penyusun kerak benua yang utama adalah granit, yang tidak sepadat batuan basalt.
Kerak benua atau kerak kontinen, merupakan kerak bumi yang menyusun daratan
atau benua. Kerak benua mempunyai ketebalan antara 30 sampai 35 km dengan
ketebalan rata-rata sekitar 35 km. Kerak benua ini menyusun sekitar 79% dari
volume kerak bumi. Ketinggian permukaan dari kerak benua rata-rata sekitar 800
meter dari permukaan laut, meskipun ada daerah yang ketinggiannya mencapai
lebih dari 8000 meter. Batuan yang menyusun kerak benua pada umumnya adalah
batuan granitik atau yang bersifat asam. Bagian atas dari kerak benua ini
disusun oleh batuan beku, batuan metamorf dan batuan endapan. Sedangkan secara
keseluruhan batuan beku dan batuan metamorf menyusun sekitar 95% , sisanya yang
5% merupakan batuan endapan.
2) Selimut atau Selubung(Mantle)
Selimut atau selubung (mantle)
merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi. Tabal selimut bumi
mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah
selimut bumi mencapai 3.000 oC.
Selimut bumi dibagi menjadi tiga
bagian yaitu litosfer, astenosfer dan mesosfer.
a. Litosfer
Litosfer merupakan lapisan terluar
dari selimut bumi dan tersusun atas materi-materi padat terutama batuan.
Lapisan litosfer tebalnya mencapai 100 km. Bersama-sama dengan kerak bumi,
kedua lapisan ini disebut lempeng litosfer. Litosfer tersusun atas dua lapisan
utama , yaitu laipsan sial dan lapisan sima.
·
Lapisan Sial adalah lapisan litosfer yang tersusun atas
logam silium dan alumunium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SiO2 dan
Al2O3.. Batuan yang terdapat dalam lapisan sial antara
lain batuan sedimen, granit, andesit, dan metamorf.
·
Lapisan Sima adalah lapisan litosfer yang tersusun atas
logam silium dan magnesium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SIO2 dan
MgO. Berat jenis lapisan sima lebih besar jika dibandingkan dengan berat
jenis lapisan sial. Hal itu karena lapisan sima mengandung besi dan magnesium.
b. Astenosfer
Astenosfer merupakan lapisan yang
teletak dibawah lapisan litosfer. Lapisan ini tebalnya 100-400km ini diduga
sebagai tempat formasi magma (magma induk). Astenosfer ini terdiri dari materi
dalam keadaan cair atau semi-cair. Astenosfer suhu normalnya adalah antara
1.400 sampai 3.000 derajat Celcius derajat Celcius. Yang sangat tinggi suhu
dalam segala hal menyebabkan lapisan, termasuk batu, mencair. Hal ini terutama
terdiri dari silikat besi dan magnesium. Suhu astenosfer bervariasi dengan
bahwa dari barysphere atau inti. Pada daerah tertentu di permukaan bumi di mana
suhu inti lebih tinggi, masalah membangun astenosfer dapat ditemukan dalam
keadaan cair. astenosfer memainkan bagian integral dalam gerakan lempeng
tektonik dari kerak bumi. Lempeng tektonik merupakan bagian dari litosfer yang
mengapung di atas astenosfer semipadat bawah. Hal ini lempeng-lempeng yang
bertanggung jawab untuk perubahan geologis besar seperti pembentukan
pegunungan, lembah keretakan, dataran tinggi dan juga gempa bumi dan letusan
gunung berapi.
c. mesosfer
Mesosfer merupakan lapisan yang
terletak dibawah lapisan astenosfer. Lapisan ini tebalnya 2.400-2.700km dan
tersusun dari campuran batuan basa dan besi.
3) Inti bumi
Inti bumi (core), yang terdiri dari
material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan
lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900 – 5200 km. Lapisan ini dibedakan
menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti luar tebalnya
sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200 oC.
inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700
km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4.500 oC.
Lapisan ini dibedakan menjadi dua,
yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam.
a. Inti bumi bagian luar merupakan salah satu
bagian dalam bumi yang melapisi inti bumi bagian dalam. Inti bumi bagian luar
mempunyai tebal 2250 km dan kedalaman antara 2900-4980 km. Inti bumi bagian
luar terdiri atas besi dan nikel cair dengan suhu 3900°C.
b.
Inti Bumi bagian dalam merupakan bagian bumi yang paling
dalam atau dapat juga disebut inti bumi. Inti bumi mempunyai tebal 1200km dan
berdiameter 2600km. Inti bumi terdiri dari besi dan nikel berbentuk padat
dengan temperatur dapat mencapai 4800°C.